Sabtu, 21 September 2013

Arsitektur Bali



Arsitektur, meskipun dapat di kategorikan dalam seni rupa, pada kenyataannya memerlukan keahlian artistik yang mensyaratkan keahlian memadukan aspek-aspek teknis, ruang dan keindahan untuk kesempurnaan hasilnya. Dipengaruhi oleh tuntutan fungsi-fungsi yang melekat di dalamnya, seni arsitektur kemudian berkembang dinamis, melahirkan bentuk dan wajah yang beragam. Arsitektur harus mampu memenuhi salah satu dari 5 kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan, ruang kegiatan arsitektur, kesehatan dan pendidikan) dengan memadukan keahlian teknis dan ketajaman rasa. Lebih khusus lagi arsitektur tradisional bali tidak saja menganut pakem seni, teknis dan rasa ruang namun didalamnya terkandung pula tatanan filosofi adat dan agama Hindu. Prosesi mengolah bahan bangunan misalnya, kayu yang berasal dari pohon tertentu sampai menjadi elemen bangunan merupakan tahap-tahap yang mesti dilakoni dengan nilai filosofi, adat dan agama. Pohon dengan ketinggian tertentu yang saat ditebang menimpa sungai misalnya, tidak bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan karena akan menimbulkan akibat buruk bagi pemakainya. Aturan adat dan agama seperti ini pada hakekatnya adalah untuk memberi perlindungan terhadap alam lingkungan sehingga kelestarian akan terjaga. 

Arsitektur tradisional bali memiliki sangat banyak aturan, tatanan adat dan filosofi agama yang mesti dipahami dan dianut oleh seorang arsitek tradisional (arsitek bali disebut undagi). Karena itu, seorang undagi pada dasarnya adalah manusia utama yang mampu memahami seni, komposisi, proporsi, teknis, rasa ruang, filosofi agama, aturan adat (awig-wig) dan bahkan sepatutnya memahami puja mantra karena sang undagi juga berhak melakukan prosesi keagamaan saat memulai pekerjaan (upacara ngeruak karang), masa pelaksanaan hingga peresmian bangunan (upacara pamelaspas). Dalam mewujudkan rancangannya, sang undagi dibantu oleh tenaga pelaksana ahli dibidangnya seperti tukang batu,kayu,struktur dan tukang ukir yang disebut sangging.


Jika Bali terlihat bentuk bangunan yang beraneka ragam, hal itu disebabkan karena fungsi, pemakai dan daerah yang berbeda. semua aturan dan tatanan mengenai arsitektur tradisional Bali terhimpun dalam naskah kuno berupa lontar, antara lain : Asia Bhumi, Asia Kosala dan berbagai lontar tentang tata cara pelaksanaan upacara pada bangunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar