Sabtu, 21 September 2013

Pulau Bali




Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsi bali adalah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga          dikenal sebagai Pulau Dewata.

Bali dengan masyarakat dan budaya yang unik dipastikan bukanlah satu wilayah migrasi yang baru tumbuh. Keseharian masyarakat Bali dengan budaya yang senantiasa menampilkan warna budaya lokal menunjukkan bahwa perjalanan Bali telah melewati alur sejarah yang panjang. Sebagaimana dengan wilayah lain di Nusantara, meliputi tiga babak tingkatan budaya. Lapis pertama adalah masa kehidupan yang bertumpu pada budaya berburu. Secara alamiah, berburu adalah cara mempertahankan kelangsungan hidup yang amat jelas dan mudah dilakukan. Dengan alat-alat sederhana dari bahan batu, yang peninggalannya ditemukan di daerah Sembiran di Bali utara dan wilayah Batur, manusia Bali diperkirakan mampu bertahan hidup. Peninggalan peralatan sejenis yang lebih baik, dengan menggunakan bahan tulang, ditemukan pula di gua Selonding di daerah Bulit, Badung Selatan. Ini menunjukkan bahwa masa berburu melewati masa cukup panjang disertai dengan peningkatan pola pikir yang makin baik.

Masih berdasar pada temuan benda-benda purbakala, tergambar bahwa Bali mulai meninggalkan masa berburu dan masuk pada masa bercocok tanam. Kendati sudah memasuki tatanan hidup yang lebih terpola pada masa bertanam, kelompok manusia Bali pada masa itu dipastikan hidup secara berpindah. Berbagai peninggalan sejenis ditemukan sebagai temuan lepas di berbagai wilayah Bali barat, Bali utara, dan Bali selatan. Tatatan hidup dengan permukiman diyakini sebagai peralihan tatanan hidup manusia Bali dari jaman pra sejarah ke jaman sejarah. Peninggalan purbakala berupa nekara perunggu dan berbagai barang dari bahan logam di daerah Pejeng Gianyar, membuktikan bahwa kala itu telah terbentuk tatanan masyarakat yang lebih terstruktur.

Berbarengan dengan peralihan jaman pra sejarah ke jaman sejarah, pengaruh Hindu dari India yang masuk ke Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di Bali. Masa peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad 8 hingga abad 13, dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh Majapahit yang berniat menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di awal abad 13. Tatanan pemerintahan dan struktur masyarakat mengalami penyesuaian mengikuti pola pemerintahan Majapahit. Benturan budaya lokal Bali Kuno dan budaya Hindu Jawa dari Majapahit dalam bentuk penolakan penduduk Bali menimbulkan berbagai perlawanan di berbagai daerah di Bali. Secara perlahan dan pasti, dengan upaya penyesuaian dan percampuran kedua belah pihak, Bali berhasil menemukan pola budaya yang sesuai dengan pola pikir masyarakat dan keadaan alam Bali.

Arsitektur Bali



Arsitektur, meskipun dapat di kategorikan dalam seni rupa, pada kenyataannya memerlukan keahlian artistik yang mensyaratkan keahlian memadukan aspek-aspek teknis, ruang dan keindahan untuk kesempurnaan hasilnya. Dipengaruhi oleh tuntutan fungsi-fungsi yang melekat di dalamnya, seni arsitektur kemudian berkembang dinamis, melahirkan bentuk dan wajah yang beragam. Arsitektur harus mampu memenuhi salah satu dari 5 kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan, ruang kegiatan arsitektur, kesehatan dan pendidikan) dengan memadukan keahlian teknis dan ketajaman rasa. Lebih khusus lagi arsitektur tradisional bali tidak saja menganut pakem seni, teknis dan rasa ruang namun didalamnya terkandung pula tatanan filosofi adat dan agama Hindu. Prosesi mengolah bahan bangunan misalnya, kayu yang berasal dari pohon tertentu sampai menjadi elemen bangunan merupakan tahap-tahap yang mesti dilakoni dengan nilai filosofi, adat dan agama. Pohon dengan ketinggian tertentu yang saat ditebang menimpa sungai misalnya, tidak bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan karena akan menimbulkan akibat buruk bagi pemakainya. Aturan adat dan agama seperti ini pada hakekatnya adalah untuk memberi perlindungan terhadap alam lingkungan sehingga kelestarian akan terjaga. 

Arsitektur tradisional bali memiliki sangat banyak aturan, tatanan adat dan filosofi agama yang mesti dipahami dan dianut oleh seorang arsitek tradisional (arsitek bali disebut undagi). Karena itu, seorang undagi pada dasarnya adalah manusia utama yang mampu memahami seni, komposisi, proporsi, teknis, rasa ruang, filosofi agama, aturan adat (awig-wig) dan bahkan sepatutnya memahami puja mantra karena sang undagi juga berhak melakukan prosesi keagamaan saat memulai pekerjaan (upacara ngeruak karang), masa pelaksanaan hingga peresmian bangunan (upacara pamelaspas). Dalam mewujudkan rancangannya, sang undagi dibantu oleh tenaga pelaksana ahli dibidangnya seperti tukang batu,kayu,struktur dan tukang ukir yang disebut sangging.


Jika Bali terlihat bentuk bangunan yang beraneka ragam, hal itu disebabkan karena fungsi, pemakai dan daerah yang berbeda. semua aturan dan tatanan mengenai arsitektur tradisional Bali terhimpun dalam naskah kuno berupa lontar, antara lain : Asia Bhumi, Asia Kosala dan berbagai lontar tentang tata cara pelaksanaan upacara pada bangunan.

Kerajinan Bali

Bergelut di bidang seni tenyata tak hanya semata berputar di sekitar rasa puas melakukan persembahan. Secara pasti seni rupa dan kriya menjadi seni terapan yang akhirnya dibutuhkan oleh masyarakat dan juga oleh wisatawan sebagai cinderamata. Kerajinan anyaman, ukiran dan pahatan kian lama semakin menjadi kebutuhan dalam keseharian masyarakat Hindu di Bali. Sokasi dufang, bokor, gerabah, dan juga berbagai perlengkapan upacara lainnya kini menjadi lading penghidupan bagi sebagian masyarakat Bali. Di sisi lain, kreasi dan pengembangan barang-barang seni tersebut ternyata amat diminati oleh wisatawan yang





datang ke bali. Kerajinan emas, perak, patung dan ukiran kayu bahkan sejak lama sudah mampu menembus pasar intenasional. Dengan sentuhan artistik bali, berbagai jenis barang seni dan barang kerajinan memang mampu member peluang peningkatan perekonomian masyarakat bali.

Pakaian Adat Bali

Pakaian adat Bali kalau dilihat sekilas terkesan sama. Padahal sebenarnya pakaian adat Bali sangat bervariasi. Dengan melihat pakaian adat Bali yang dikenakan seseorang dalam  suatu acara, bisa dilihat status ekonomi dan status pernikahannya. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pakaian adat Bali memiliki keanggunan dan citra tersendiri.Setidaknya ada tiga jenis pakaian Adat Bali yang umum dikenakan oleh masyarakat Bali. Pertama, pakaian adat untuk upacara keagamaan. Kedua, pakaian adat untuk upacara pernikahan. Dan, ketiga adalah pakaian adat untuk aktivitas sehari-hari. Pakaian Adat khas Bali ini berbeda antara yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan.Misalnya pemakaian sanggul ke pura oleh remaja putri. Mereka memakai sanggul atau pusung gonjersedangkan untuk perempuan dewasa (sudah menikah) menggunakan sanggul (pusung tagel). Busana Agung adalah pakaian adat Bali yang paling mewah. Pakaian adat Bali yang satu ini biasanya dipakai pada rangkaian acara ‘Potong Gigi’ atau Perkawinan.Busana Agung mempunyai beberapa variasi tergantung tempat, waktu dan keadaan. Kain yang digunakan dalam pakain adat Bali yang satu ini adalah wastra wali khusus untuk upacara atau wastra putih sebagai simbol kesucian. Tapi, tak jarang pula kain dalam pakaian adat Bali ini diganti dengan kain songket yang sangat pas untuk mewakili kemewahan atau prestise bagi pemakainya.Sedangkan untuk laki-laki Bali selain menggunakan kain tersebut sebagai pakaian adat Bali. Mereka juga memakai kampuh gelagan atau dodot yang dipakai hingga menutupi dada.Sementara, perempuan Bali sebelum menggunakan Busana Agung biasanya menggunakan kain lapis dalam yang disebut sinjang tau tapih untuk mengatur langkah wanita agar tampak anggun.Pakaian adat Bali selain mempunyai nilai keindahan, tapi di dalamnya juga terkadung nilai – nilai  filosofis dan simbolik yang tersembunyi dalam bentuk, fungsi, dan maknanya. Itulah sebabnya dalam pakaian adat Bali dihiasi oleh berbagai ornamen dan simbol yang mempunyai arti tersindiri.


Kelengkapan Pakaian Adat BaliKelengkapan pakaian adat Bali terdiri dari beberapa item. Item itu antara lain kamen untuk pria, songket untuk pria dan wanita, udeng untuk pria dan sanggul lengkap dengan tiaranya untuk wanita. Disamping itu laki-laki Bali mengenakan keris, sedangkan wanita menggunakan kipas sebagai pelengkapnya.Berbicara masalah harga, pakaian adat Bali ini sangat bervariasi. Songket Bali bisa didapatkan dengan varian harga yang sesuai dengan kemampuan sang pembeli, dimana dimulai dari harga lima ratus ribu hingga jutaan rupiah untuk yang halus dan berbenang emas. Sedangkan yang biasa dan umum digunakan masyarakat Bali ada di bawah harga tersebut dan tersedia secara luas di pasar-pasar tradisional.Filosofi dalam Pakaian Adat BaliPakaian adat Bali menyimpan nilai filosofi yang sangat mendalam. Filosofi pakaian adat Bali dalam beberapa hal mungkin hampir sama dengan kebanyakan pakaian adat daerah lain, namun karena Bali juga merupakan salah satu tempat yang disakralkan dan sudah mendunia, maka filosofi pakaian adat Bali ikut menjadi penting dalam eksistensinya. Pakaian adat Bali memiliki standardisasi dalam kelengkapannya.Pakaian adat Bali lengkap biasanya dikenakan pada upacara adat dan keagamaan atau upacara perayaan besar. Sedangkan pakaian adat madya dikenakan saat melakukan ritual sembahyang harian atau pada saat menghadiri acara yang menggembirakan. Seperti pada saat pesta kelahiran anak, sukses memperoleh panen atau kelulusan anak dan penyambutan tamu.Filosofi pakaian adat Bali pada dasarnya bersumber pada ajaran Sang Hyang Widhi, yakni Tuhan yang diyakini memberikan keteduhan, kedamaian dan kegembiraan bagi umat Hindu yang mempercayainya.Setiap daerah memiliki ornamen berbeda yang memiliki arti simbolis dalam pakaian adatnya masing-masing. Meskipun demikian, pakaian adat Bali pada dasarnya adalah sama, yakni kepatuhan terhadap Sang Hyang Widhi. Pakaian ini juga seringkali digunakan untuk membedakan kasta, yang merupakan buatan manusia itu sendiri. Di hadapan Sang Hyang Widhi, manusia semua sama derajatnya. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada sang pencipta, pakaian adat Bali adalah suatu bentuk penghormatan kepada tamu yang datang. Ini adalah hal yang wajar, mengingat jika anda sebagai tamu maka akan merasa terhormat jika disambut oleh pemilik rumah yang berpakaian bagus dan rapi.

Jumat, 20 September 2013

Daerah Pariwisata di Bali

Patung GWK (Garuda Wisnu Kencana)



Proyek milyaran rupiah ini bisa dijumpai di Ungasan, di atas bukit Jimbaran. Patung Garuda Kencana dibuat oleh seniman asli Bali Nyoman Nuarta, dengan misi menjadikannya keajaiban dunia ke 8 dan ke 2 di Indonesia. Salah satu pertunjukan yang bisa disaksikan di sini adalah Kecak.





Pura Besakih


Pura Besakih merupakan Pura Hindu terbesar di pulau Bali. Pura ini dibangun dengan sangat megah untuk bersembahyang melakukan pemujaan Dewa Brahma Wisnu Siwa. Pura ini juga sering dijadikan pintu masuk bagi pendakian Gunung Agung oleh wisatawan.



Pura Tanah Lot

Pura Tanah Lot merupakan pura paling terkenal di Bali dan sepertinya sudah menjadi ikon pulau Bali. Keunikan pura ini adalah letaknya yang ditengah laut, sehingga apabila laut sedang pasang anda tidak akan bisa mendekat, tetapi apabila air laut sedang surut anda bisa menyebrang dan melihat salah satu keunikanya yaitu pura ini ini dijaga oleh 2 ular berwarna hitam dan putih yang tiap hari kelihatan didampingi oleh pemangkunya.










Pantai Nusa Dua

Obyek wisata Nusa Dua merupakan daerah primadona bagi wisatawan, dengan pantai pasir putihnya, hotel berbintang 5 berderet disepanjang pantai ini. Pantai nusa dua merupakan terusan dari pantai sanur, atraksi watersport juga bisa dilakukan di sini.






Kintamani

Obyek wisata dengan pemandangan yang indah, danau Batur di Penelokan dan pemandangan gunung Batur. Berada di Kintamani seperti berada di atas gunung dengan pemandangan ke bawah berupa danau Batur. Di sekitarnya terdapat rumah-rumah makan tempat anda menikmati makanan sambil melihat pemandangan.






Pura Luhur Uluwatu

 Pura ini berdiri di ujung karang paling selatan pulau Bali. Pemandangannya Indah dengan samudra lautan dan sunset dari ujung tebingnya. Di Pura Luhur Uluwatu juga dilaksanakan tarian kecak setiap malam. Kombiasi sunset dan tarian kecak menjadi suguhan tontonan yang tak terlupakan.






Masakan Khas Bali



Pulau Bali sebagai salah satu obyek wisata terbaik di indonesia tidak hanya menawarkan budaya serta panorama alam yang indah sebagai daya tariknya. Karena pada pulau yang dijuluki surganya dunia tersebut juga menawarkan kuliner yang siap untuk memanjakan perut para pelancong.
Ayam betutu merupakan salah satu kuliner khas bali yang sangat digemari oleh para wisatan asing maupun domestik, tentu saja hal tersebut disebabkan karena cita rasanya yang begitu lezat. Dengan dilumuri oleh bumbu khas bali menjadikan ayam betutu  begitu enak untuk disantap, selain itu daging ayamnya yang empuk juga merupakan salah satu daya pikat bagi konsumen untuk menikmati hidangan ini.
Keistimewaan ayam betutu terletak pada proses pemasakannya, karena dibutuhkan setidaknya minimal 6 jam untuk dapat membuat satu porsi ayam betutu siap santap. Proses yang cukup lama ini disebabkan perebusan ayam yang membutuhkan waktu ber jam – jam lamanya, hal tersebut dilakukan agar tekstur daging ayam benar – benar menjadi empuk.  Karenanya tidak heran bila kuliner khas bali ini dibandrol dengan harga yang cukup mahal, mulai dari 50 ribuan sampai ratusan ribu perporsinya.
Bagi anda yang sedang berlibur di bali tidak ada salahnya mencoba kuliner yang satu ini, dijamin lidah anda akan dimanjakan oleh masakan khas pulau dewata ini. Disamping itu untuk mendapatkan satu porsi ayam betutu tidak lah sulit, karena hampir semua hotel dan restaurant di bali menyuguhkan menu yang satu ini.




Plecing Kangkung khas Bali adalah perpaduan sayur kangkung rebus dengan sambal plecing yang khas aroma terasinya. Kalau di Bali biasanya dimakan bersama ikan bakar atau Ayam Betutu atauSate Lilit Ikan Tuna kalau di Lombok, Nusa Tenggara Barat NTB makannya sama Ayam Taliwang, tapi GoMe biasanya makan sama Tipat panas pun rasanya enak dan rasa pedasnya nikmat.. mantap poll abis !! rasa pedasnya nendang. Makan sama nasi panas sebenarnya juga boleh sewaktu Kami tinggal di bali dulu paling sering makan plecing sama nasi panas dan kerupuk putih di rumah.



Lawar adalah masakan berupa campuran sayur-sayuran dan daging cincang yang dibumbui yang berasal dari Bali. Makanan ini lazim disajikan dalam rumah tangga di Bali atau dijual secara luas di rumah-rumah makan dengan sebutan lawar Bali. Lawar dibuat dari daging yang dicincang, sayuran, sejumlah bumbu-bumbu dan kelapa. Kadang-kadang di beberapa jenis lawar diberikan unsur yang dapat menambah rasa dari lawar itu yaitu darah dari daging itu sendiri. Darah tersebut dicampurkan dengan bumbu-bumbu tertentu sehingga menambah lezat lawar tersebut. Lawar sendiri tidak dapat bertahan lama makanan ini jika didiamkan di udara terbuka hanya bertahan setengah hari.
Penamaannya bervariasi, biasanya berdasarkan jenis daging yang digunakan atau jenis sayurannya. Bila yang digunakan daging babi maka lawar yang dihasilkan disebut lawar babi., demikian juga bila yang digunakan sayur nangka, maka lawarnya diberi nama lawar nangka. Ada juga pemberian namanya berdasarkan warna lawarnya yaitu lawar merah bila warna lawarnya merah, lawar putih bila warna lawarnya putih dan ada lawar yang bernama lawar padamare, yaitu sejenis lawar yang dibuat dari campuran beberapa jenis lawar. Lawar disajikan sebagai teman nasi bersama jenis lauk-pauk lainnya.

Rabu, 18 September 2013

Jenis Tarian Sakral di Bali

Pulau Bali memiliki berbagai macam tarian sakral, salaTarian h satunya adalah tarian Sanghyang jaran. ada pertunjukan tarian Sanghyang jaran mula-mula di awali dengan beberapa orang yang melantunkan nyanyian-nyanyian atau gending yang akan mengiringi penari Sanghyang itu selanjutnya.
Ritual ini diiringi dengan dibakarnya sambuk atau batok kelapa, sambil terus dilantunkan gending Sanghyang jaran. Ritual selanjutnya adalah mesolah, di mana penari yang sudah di masuki roh kuda mulai menari tampa sadarkan diri atau rauh. Dalam atraksi Sanghyang jaran orang yang sudah kerauhan akan terlihat menendang- nendang dan menginjak-nginjak bara api yang ada di tengah-tengah arena dan juga di ambil menggunakan tangan tampa ada luka bakar sedikit pun.
Proses selanjutnya adalah Ngalinggihang atau mengembalikan kondisi si penari dalam keadaan sadar. Dan roh tadi di kembalikan ke alamnya. dalam ritual ini penari akan di perciki air suci atau di sebut dengan Tirta.
Tarian Sanghyang jaran termasuk tarian sakral karena hanya di gelar pada saat tertentu saja. Misalnya, saat terjadi wabah penyakit, atau piodalan upacara di pura tertentu. Bagi masyarakat Hindu di Bali sangat percaya dengan tarian ini bisa menolak berbagai roh jahat hingga wabah penyakit.






Tari Rejang Dewa

Tari rejang dewa, sebuah tarian sakral untuk kelengkapan kegiatan ritual umat Hindu di Bali, ditampilkan secara berkelompok oleh wanita yang belum pernah mengalami datang bulan.
“Tari rejang dewa tidak boleh ditarikan di sembarang tempat, namun khusus di tempat suci,” kata Dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Dr Wayan Suarjaya, di Denpasar, Rabu (25/1/2012).
Mantan Dirjen Bimnas Hindu Kementerian Agama itu menambahkan, tari rejang dewa itu melambangkan penyambutan Sang Hyang Widhi Wasa dan para dewa yang turun ke alam duniawi.
Penari itu umumnya wanita seusia murid sekolah dasar (SD) dengan mengenakan busana adat Bali nominasi warna putih dan kuning dengan perhiasan kepala yang dibuat sedemikian rupa dari bahan janur.







Tari Baris Gede






Tari Baris Gede merupakan salah satu dari berbagai jenis tarian baris yang ada di Bali. Tarian ini biasa dipentaskan saat adanya upacara di pura dan menjadi salah satu bagian pelengkap dari upacara.
Tari Baris Gede masuk dalam kategori tari sakral yang dipentaskan di pura-pura. Tarian ini juga hampir tersebar di seluruh daerah di Bali. Tari Baris Gede diperkirakan telah ada sejak abad ke-8, namun sayang hingga kini tidak diketahui siapa penciptanya.

Peneliti Tari dari Institut Seni Indonesia (ISI), Denpasar Prof Wayan Dibia, ketika ditemui beritabali.com di Denpasar, Kamis (25/8) menuturkan tari Baris Gede merupakan jenis kelompok baris massal yang dapat dipentaskan dalam berbagai versi. Dimana tarian sakral ini ditarikan secara berkelompok dalam jumlah tertentu sesuai arti di masing-masing daerah.

Ada yang satu kelompok delapan penari, bahkan ada sampai 40 penari , ada yang diikat dengan simbul-simbul tertentu, misalnya ditarikan oleh 9 orang karena menggambarkan arah mata angin, senjata-senjatanya itu adalah senjata nawa sanga,? papar Prof Wayan Dibia.
Menurut Dibia, senjata yang biasanya dipakai dalam Baris Gede juga beragam, dimana ada yang menggunakan tombak, cakra atau tamiang (tameng). Hal ini karena Baris Gede menggambarkan Widiadara (pengawal) yang mengiringi para dewa atau menyambut kedatangan para dewa. Namun di sisi lain Baris Gede ini juga diartikan sebagai tarian prajurit perang.